SEBAGAI HADIAH MALAIKAT MENANYAKAN, APAKAH KAMI INGIN BERJALAN DI ATAS MEGA. DAN KAMI MENOLAK, KARENA KAKI KAMI MASIH DI BUMI SAMPAI PENYAKIT TERAKHIR DISEMBUHKAN, SAMPAI KAUM DHU`AFA DAN MUSTAD`AFIN DIANGKAT TUHAN DARI PENDERITAANNYA
Jumat, 07 Mei 2010
Manifesto gerakan Intelektual Profetik IMM dapat dijabarkan dengan beberapa indikator Gerakan Transformasif Profetik, gerakan transformasi profetik tersebut berdasarkan tiga pilar dalam etika profetik nyatu; humanisasi, liberasi dan trasendensi, dapat diterjemahkan kedalam indikator yang meliputi Indikator Cendikiawan atau Intelektual Profetis, Metodologi Transfomasi Profetis, Indikator Transformasi Profetis, dan Aksi Transformasif Profetis.



A. INDIKATOR CENDIKIAWAN PROFETIS

Keinginan seseorang untuk menjadi seorang cendekiawan adalah merupakan keputusan yang sulit. Bukan keterpelajaran dan kecerdasan saja layaknya seorang sarjana atau profesor yang dibutuhkan. Sebut sajalah gologan yang cerdik dan pandai yang menerbangkan pada permadani menara gading tempat huniannya, tetapi cendekiawan tentunya mementa lebih dari itu. Seperti halnya nabi Muhammad, betapa cendekiawanya telah membawa konflik lahir dan batin dalam dirinya manakala ia dihadapkan dengan pertanyaan dan persoalan kaumnya. Seyogyanya seorang cendekiawan kerap merasakan konflik dan gelisah, gusar, serta serah tatkala ada diskrepansi apa yang ia rasakan dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Cendekiawan merupakan salah satu unsur yang dapat melakukan transformasi sosial, bila mana sadar diri dan sadar sosial ditengah-tengah masa yang talah tidur bahkan sedang amnestia. Mereka memiliki kepedualan untuk membangkitkan kesadaran masyarakatnya dan menjadi motor penggerak bagi perubahan sosial menuju ke arah yang lebih baik. Bagi Kuntowijoyo cendekiwan berani pilihan dan jalan cara dalam melakukan transformasi sosial, memiliki sifat independen dan hurus berani, tidak berpangkat dan tak berhata. Bahkan sifat kecendekiawan Kunto dapat terlihat dalam salah satu puisinya dari judul bukunya Daun Makrifat, Makrifat Daun, ia menuliskan; sebagai hadiah, malaikat menanyakan, apakah aku ingin berjalan diatas mega, dan aku menolak, karena kakiku masih di bumi, sampai kejahatan terkhir dimusnahkan, sampai dhu'afa dan mustadh'afin, diangkat Tuhan dari penderitaan.

Indikator intelektual terbagi menjadi dua macam pada individu kader dan ikatan atau kolektif kader yang berada dalam ikatan: 

1. Individu Kader

Kategori individu menunjukan masing-masing individu dalam ikatan memiliki kemampuan cendekiawan sebagai salah satu manifestasi dari kesedaran profetik dalam transformasi profetik. Karakter cendekiawan meliputii beberapa klasifikasi.

a. Sadar dengan dirinya sendiri
Seorang cendekiawan menyadari potensi yang ada dalam diri sebagai anugrah dari Tuhan dan berupaya memalukan anugrah tersebut untuk kepentingan kemanusiaan. Potensi yang berasal dari dalam diri dapat dilihat dari eksistensi manusia yang dari berbagai macam dimensi. Potensi yang berasal dalam diri tersebut dikembangankan menjadi sebuah eksistensi yang berada dalam diri manusia, menjadi mahluk yang sadar dengan diri sebagai seorang khalifah, hamba Tuhan dan melakukan tugas kemanusiaan karena rasa cinta yang Ikhlas untuk Tuhan sebagai hamba-Nya dalam rangka menebar sifat-sifat Tuhan di muka bumi. Seorang cendekiawan dengan sadar diri melakukan pilihan apa yang dilakukan untuk tugas kemanusiaan dalam rangka menggantikan Tuhan di muka bumi. Proyek-proyek yang dilkukan oleh cendekiawan adalah yang berkaitan untuk kepentingan kemanusiaan dan memberikan kebermanfaatan bagi alam, sesama dalam rangka ibadah kepada Tuhan. Senada yang telah diutarakan oleh Kunto bahwa cendekiawan independen, berani tidak berpangkat dan berharta dalam rangka melakukan transformasi profetik. Cendekiawan dilahirkan dari sikap, kesadaran diri dan mengerti diri potensi yang dimiliki baik secara anugrah dan disiplin keilmuan yang dimilikinya. Cendekiawan yang dimaksudkan merupakan manusia yang berupaya tidak bergulat dalam dataran keilmuannya atau hanya tinggal dipermadani kaumnya tanpa melihat realitas sosial dan melakukan tranformasi.


b. Sadar terhadap realitas sosial
Kesadaran dalam realitas seorang kader ikatan menyadari bahwa realitas bersifat terbuka, dan bisa diubah bukan tertutup (given). Dunia atau realitas merupakan lahir dari kesadaran manusia, kreasi manusia dan dapat diubah oleh manusia. Kesadaran manusia disini dapat merubah, rekayasa terhadap realitas dalam rangka untuk kemanusiaan dan kebermanfaatan bagi alam semesta. Realitas merupakan bentukan manusia seperti dalam bukunya Peter L. Berger, Tafsir Sosial Atas Kenyataan; Risalah tentang Sosiologi Pegetahuan, realitas merupakan dialektika internalisasi, eksternalisasi dan objektivasi yang terus menerus tak berkesudahan. Realitas yang merupakan bentukan manusia melalui internalisasi dan manusia bentukan realitas melalui internalisasi dan cara merubah realitas tersebut dengan cara mengekternalisasi realitas. Perubahan atau rekayasa terhadap realitas sepenuhnya dilakukan oleh manusia lewat potensi yang dimilikinya.


c. Peka terhadap realitas sosial
Kaderikatan memiliki kepekaan terhadap realitas sosial dan dapat membaca serta menguraikan struktur serta kelompok yang berkepentingan dalam realitas. Individu kader memiliki kemampuan untuk memilihat kontradiksi dalam segala hal baik agama, sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan dapat mengkaitakan relasi masing-masing kelompok sosial. Karakter peka yang dimiliki kader dapat mengurai adanya berbagai kontradiksi, relasi pelaku dan tarik menarik kepentingan dari suatu fenomena. Seorang kader dapat membaca dan menganalisa hal yang terjadi dalam lingkunganya dan sekitar tempat kader berkembang dalam memahami realitas sosial.

d. Peduli terhadap realitas sosial
Karakter peduli yang berada dalam ikatan merupakan tindak lanjut dari sadar diri, sadar dengan realitas dan peka maka seorang kader memiliki kepedulian, memiliki rasa tanggungjawab sebagai bagain dari realitas. Kepedulian merupakan hasrat, ketetapan hati, dan komitmen serta konsisten bahwa realitas harus di ubah dan wajib untuk diubah demi kondisi yang lebih baik. Sikap peduli merupakan ruh bahwa ia harus berbuat dalam aksi merubah realitas sosial. Peduli disini baru sikap empati dan merasa bertanggungjawab terhadap realitas sosial yang terjadi kenapa begini, mengapa begitu, serta apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi dan merubah realitas tersebut sehingga menuju yang lebih baik untuk kemanusiaan dan alam.

e. Aksi nyata sebagai respon terhadap realitas sosial
Aksi merupakan suatu tindakan nyata dalam melakukan transfomasi dalam rangkai keasadaran intelektual yang memiliki tradisi profetik seperiti yang diakukan olen para nabi untuk membebaskan umatnya. Karakter aksi merupakan simpul yang penting dan tidak boleh lepas karena itu yang ditunggu dalam memakukan transformasi. Aksi merupaka keterlibatan sepenuhnya dan sebenarnya dalam proses transformasi pada kondisi yang lebih baik. Pada karakter aksi tersebut kader memiliki keberpihaklan yang jelas siap yang akan dibela oleh ikatan dalam ralasi kelompok yang berkepentingan. Pemilihan pemihakan merupakan pilihan yang sulit harus dilakukan oleh ikatan dan melakukan kajian siapa pihak yang dirugikan tertindas dalam suatu relasi dari realitas sosial. Keberpihakan merupakan pintu gerbang yang utama dari pintu masuk untuk melakukan aksi nyata dalam melakukan transformasi sosial.


f. Evaluasi
Sebagaimana perkataan bijak dari seorang filosof Socrates "hidup yang tak direfleksikan tak pantas untuk dijalani". Begitupula dengan kader ikatan melakukan evaluasi pada diri apa yang talah dilakukan bagaimanakah respon setelah aksi tersebut dilakukan. Cara evaluasi yang dilakukan oleh kader dengan melihat tingkat perubahan pada subjek dalam transformasi dengan cara melakukan, proses melakukan dan hasil dari tindakan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh kader sesuai dengan apa transformasi yang dilakukan dalam menuju kearah yang lebih baik. Evaluasi yang dilakukan dengan cara pada individu kader dan subjek dalam transformasi atau evaluasi bersama dan penuh sifat keterbukaan.


2.Ikatan/organisasi dalam bentuk kolektif.

Sebagai sebuah organisasi sebagai yang menisbatkan diri sebagai gerakan intelektual profetik dalam ikatan harus dilaksanakan dalam segala level organisasi dengan berkesadaran profetik. Kebijakan yang diambil oleh organisasi berdasarkan nilai-nilai yang berazaskan intelektual profetik. Kesadaran intelektual profetik bergerak dalam semua lini kehidupan dan menjadi pilihan sadar ikatan dalam melakukan transformasi sosial untuk menuju yang lebih baik. Kesadaran intelektual profetik menjadi paradigma gerakan yang menjadi kesadaran kolektif dalam ikatan, yang memiliki klasifikasinya sebagai berikut;


a. Sadar dengan diri ikatan
Sadar dengan diri ikatan merupakan unsur yang penting sebelum melakukan transformasi sosial yang akan dilakukan. Kesadaran dalam ikatan merupakan penilaian ikatan dalam berbagai sisi dan potensi atau kekuatan ikatan dalam melakukan transformasi sosial yang akan dilakukan. Potensi yang berada dalam ikatan merupakan. Potensi dalam ikatan tersebut merupakan esensi ikatan yang harus dieksistensikan kedalam dan keluar ikatan agar dapat memberikan makna bagi kader yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya. Pengeksistensianya ikatan dalam ranah puplik menjadikan ikatan memiliki makna dan bernilai bagi pergerakan yang lain. Eksistensi ikatan yang dalam ranah puplik didasari oleh tiga pilar profetik yang menjadi paradigma ikatan dalam melihat dan melakukan transformasi sosial yang dilakukan menuju khoirul ummat.

b. Sadar terhadap realitas sosial
Karakter sadar terhadap realitas sosial yang dalam ikatan hampir sama dengan yang berada dalam idividu kader. Karakter sadar dalam individu kader diperluas menjadi kesadaran kolektif dalam ikatan menjadi suatu organisasi yang penting dan bagian dari realitas sosial. Dalam artian kesadaran tersebut menjadikan ikatan harus bertanggung jawab terhadap kondisi realitas sosial sehingga menciptan yang lebih baik.

c. Peka terhadap realitas sosial
Peka dalam keoraginasasian merupakan hampir sam dengan yang berada dalam individu ikatan dan perluasnya terdapat pada relasi antar kelompok sosial dan tarik-menarik kelompok yang berkepentingan didalamnya. Ikatan dapat menempatkan diri sebagai bagian dari kelompok sosial yang berkepentingan dan merupakan konfigurasi dari realitas sosial. Kepentingan dari ikatan disini menjadi modal yang dan arah tujuan yang jelas dari perjuangan atau pilihan yang dilakukan dalam menempuh perjuangan dalam melakukan transformasi sosial. Ikatan memiliki latar belakang sebagai seorang mahasiswa dan merupakan bagian dari ortom Muhammadiyah merupakan kelompok yang berkepentingan sesuai dengan tujuan terbentuknya ikatan. Pilihan yang dilakukan ikatan merupakan kader penerus dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah, yang merupakan bagian dari realitas sosial yang bergerak pilihan dalam ranah intektual. Maka yang menjadi pilihan gerakan ilmu yang dilakukan oleh ikatan agar masuk dalam segala lini berdasarkan keilmuan yang dimiliki oleh masing-masing kader.

d. Peduli dan responsif terhadap realitas sosial
Karakter peduli tersebut disertai dengan responsif terhadp realitas sosial. Perluasan penambahan responsif ini merupakan langkah awal dari ikatan. Perluasan ini juga merupakan ikatan merupakan suatu bagaian dari kelmpok sosial dalam masyarakat. Responsif tersebut diperluka dikarenakan ikatan komunitas dalam masyarakat, responsif ikatan merupakan kemampuan ikatan untuk menanggapi dan mengartikulasi kepentingan kelompok yang diwakilinya dan bagaimana dengan ikatan.

e. Aksi/tindakan nyata
Pada karakter bagian ini merupakan sudah jelas, ikatan tidak hanya terlibat dalam melakukan transformasi tetapi menjadi pelaku utama dalam transformasi yang dilakukan. Aksi yang dilakukan oleh ikatan merupakan tindakan real yang dilakukan agar terbentuk masyarakat yang dicita-citakan oleh ikatan. Aksi tersebut merupakn tindakan nyata sebagai mana dalam perkataan bijak Karl Marx, "tugas filosof bukan untuk menginterpratasi dunia tetapi untuk merubah dunia". Begitupula dengan ikatan bukan hanya untuk menafsirkan tentang dunia tetapi bagaimana cara merubahnya.

f. Kesadaran perlunya kolektivitas
Kesadaran dan aksi tersebut tidak hanya dilakukan oleh individu tetapi menjadi kesadaran kolektif dalam ikatan dan melibatkan semua komponen dalam suatau komunitas sosial dan dalam diri ikatan segenap level pimpinan. Pada karakter tersebut menjadikan bahwa ikatan bukan satunya organ yang melakukan perubahan sosial, tetepi disini ikatan dapat melakukan kerjasama dengan pergerakan yang lain atau kelompok yang sama dengan apa yang dicita-citakan oleh ikatan. Kerjasama yang dilakukan oleh ikatan merupakan aksi yang dilakukan bersama guna tercapainya tujuan yang diidam-idamkan bersama.


g. Visioner dan pelopor
Karakter ini menjadikan ikatan menjadi pelopor dan visioner dalam pembacaan, analisa terhadap realitas sosial, dan melakukan transformasi sosial. Ikatan disini memiliki mimpi atau cita-cita dalam realitas sosial yang akan datang. Sifat tersebut menjadikan dasar analisa terhadap realitas sosial yang sekarang dan bagaimana mewujudkan mimpi tersebut. Pemahaman tersebut diaharapkan memberikan pemilihan gerakan, aksi dan pemilihan program yang dilakukan oleh ikatan dan diutamakan dalam ikatan guna tercapai cita-citanya.



B. METODOLOGI (PROSES) TRANSFORMASI PROFETIS

Metodologi merupakan bagaian yang penting, hal tersebut dikarenakan dengan metodologi menjadikan ikatan berfikir dan bertindak dalam mewujudkan cita-cta yang diinginkan dapat di pantau perkembangannya. Dengan pemantauan tersebut iktan dapat melakukan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan. Dalam metodologi profetis yang beradasarkan tiga pilar tersebut paling tidak terdapat tiga ciri utama; refleksi dengan belajar dari pengalaman, dialogis dan pengkontektualisasian doktrin agama, serta arahannya.


1.Refleksi dengan belajar dari pengalaman.

Refleksi merupakan unsur yang penting dari suatu realitas, dengan refleksi tersebut menjadikan pembelajaran terhadap pengalaman yang terjadi dalam masyarakat. Pembelajaran dari pengalaman menjadikan yang nyata bukanlah para teoritikus melainkan keadaan nyata dalam masyarakat dan pengalaman seseorang atau kelompok yang terlibat langsung dalam masyarakat. Pembelajaran dari pengalaman menjadikan pengetahuan tidaklah menjadi dewa dan memiliki otoritas yang tinggi, tetapi keabsahan dari pengetahuan dilihat dari pembuktiannya dalam realitas menjadi pengalaman langsung bukannya dalam dataran teoiritis atapun retorika belaka.

2.Dialogis

Pemahaman dialogis disini merupakan unsur penting dalam perubahan yang dilakukan guna mewujudkan cita-cita ikatan. Proses transformasi yang dilakukan ikatan sebagai fasilitator dan tidak ada guru dan murid. Pembelajaran dan pemahaman terhadap realitas silakukan bersama oleh pemberlaku pemberdayaan dan dalam iklim dialogis komunikasi tidak ada dominasi. Proses dialogis dengan komunikasi aktif dan keterbukaan dalam mewujudkan masyarakat komunikastif.


3.Pengkontekstualisasian doktrin agama serta arahannya.

Kontekstualisasi merupakan objektifiaksi terhadap kalam Ilahi agar tidak bersifat subjektif dan diterima objektif diluar golongan Islam. Dengan objektifikasi menjadikan agama menjadi ruh dan kalam ilahi menjadi rahmat bagi semesta dan manusia. Kontekstualisasi menjadikan agama sebagai proses pembebasan terhadap problem kemanusian yang terjadi. Dengan agama ini menjadikan ruh juga arahan dalam transformasi sosial yang dilakukan yang dicita-citakan dalam khoirul ummat.

Metodologi profetis dilakukan melalui proses suatu daur belajar dari pengalaman yang terstruktur didasari dengan nilai-nilai Ilahiah. Pembelajaran ini tersistematiskan sebagai berikut; pembacaan realitas, melakukan (refleksi) menjadi realitas I, merangkai ulang (rekontruksi), analisis, kesimpulan, menerapkan, evaluasi. Gambaran dalam metodologi profetis sebagai berikut;


a. Pembacaan terhadap realitas
Pembacaan merupakan proses awal dalam metodologi kritis, hal tersebut dikarenakan ikatan harus mengenali subjek yang akan dijadikan sebagai lahan dalam melakukan transformasi sosial. Pembacaan ikatan dapat mengenali kekuatan subjek dalam transformasi, bentuk transformasi yang akan dilakukan dan pemilihan gerakan dalam melakukan transformasi yang lebih baik.

b. Melakukan (refleksi) menjadi realitas I
Selanjutnya setelah pembacaan terhadap realitas adalah melakukan dengan cara merefleksikan pengalaman ataui perristiwa-peristiwa nyata dari subjek. Melakukan merupakan langkah awal karena penggalian pengalaman subjek yang akan dijak melakukan perubahan yang lebih baik.

c. Merangkai ulang
Merangkai ulang merupakan pengungkapan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadian (prosesnya) dari realitas/pengelaman/peristiwa. Setelah pengungkapan kembali dari realitas tersebut maka memberikan tanggapan, kesan terhadap peristiwa tersebut. Tanggapan dan pengungkapan fakata dalam realitas merupakan langkah awal sebelum melakukan analisa karena merupakan data awal terhadap realitas yang real.

e. Analisis
Tahapan selanjutnya analisis merupakan kita menguraikan fakata dan data yang diperoleh dari rangkaian ulang peristowa yang telah terjadi. Analisis merupakan uraian dan pengkajian terhadap sebab-sebab, dan kemajemukan dari suaru permasalahan yang ada dalam realitas. Analisis yang dilakukan meliputi tatanan, aturan, sistem, yang menjado akar persolan.


f. Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan tahapan selanjutnya dari analisis, menyimpulkan merupakan merumuskan makna atau hakekat dari realitas sebagai suatau pembelajaran dan pemahaman pengertian baru yang lebih utuh. Kesimpulan tersebut berupa prinsip-prinsip berbentuk kesimpulan umum (generalisasi) hasil dari pengkajian atas pengalaman. Kesimpulan merupakan langkah pengkajian terhadap realitas dan mengambil penyebab dari persoalan yang terjadi dalam masyarakat dan bagaimana cara melakukan transformasi sehingga terciptanya tatanan yang lebih baik.

g. Menerapkan
Setelah melakukan analisis maka tahapan selanjutnya menerapkan, menerapkan yakni memutuskan untuk melakukan tindakan baru dalam merubah realitas sosial. Menerapkan merupakan langkah bagaimana melakukan transformasi dan bentuk transformasi yang dilakukan oleh ikatan. Tahapan melakukan ini memilki rencana, tujuan, target sehingga dapat dilihat proses dan hasilnya. Proses melakukan tersebut pada gilirannya akan menjadi pengalaman yang harus dipelajari dan merupakan bagain awal dari metodologi kristis.

h. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang penting dikarenakan semua program dalam melakuklan transformasi sosial dapat dioraskan oleh subjek tersebut dan fasilitataornya. Evaluasi yang dilakukan dengan cara sistematika metodologinya, evaluasi yang dilakukan menjadikan dalam metodologi tersebut bersiofat lingkaran singuler dan tahapan selanjutnya menjadi realitas II dan selanjutnya tanpa berkesudahan.




C. INDIKATOR TRANFORMASI PROFETIS

Indikator profetis merupakan suatu proses perubahan yang berakarter kenabian yang diilakukan secara menyeluruh (sistemik) dengan melibatkan seluruh komponen (partisipatoris) dan peubahan tidak hanya dalam bentuk materi melainakan yang terutama adalah kesadaran dan kerangka berfikir terhadap realitas. Perubahan tersebut dilakukan buklan hanya dalam dataran sendiri atau individu kader tetapi dilakukan oleh seluruh elemen dari realitas sosial tersebut. Ikatan beertugas sebagai fasilitator dalam melakukan transformasi yang akan dilakukan. Berikut ini merupakan indikator profetis dalam melakukan transformasi sosial yang dilakukan;

1.Perubahan sistematis

Perubahan yang sistematis merupakan tujuan dari transformasi yang dilakukan oleh ikatan dengan bentuk transformasi menyentuh seluruh komponen dari suatu realitas sosial. Bentuk transformasi sosial yang dilakukan buka bersifat parsial tetapi memiliki genelogi yang jelas dan arah tujuan yang jelas pula. Perubahan yang sistematis dengan bentuk transformasi sosial yang dilakukan seperti revolusi yang pernah terjadi pada masa nabi yakni perubahan secara radikal dan menyeluruh.

2.Partisipatoris

Transformasi yang dilakukan oleh ikatan besifat partisipatoris fungsi ikatan hanya sebagai fasilitator dalam perubahan biarlah subjek digerakkan berdasarkan kesadaran mereka terhadap diri dalam memahami realitas dan masyarakat menentukan arah transformasi menuju yang lebih baik. Partisipatoris perubahan yang dilakukan melibatkan sebenar-benarnya seluruh elemen masyarakat. Transformasi yang dilakukan bukan hanya pada kelompok yang dominan atau rezim penguasa dimana kelompok moniritas hanya boleh mengikuti saja. Perubahan tidak dilakukan oleh organ luar selayaknya dewa maha tahu terhadap realitas suatu komunitas. Bentuk transformasi merupakan milik seluruh elemen yang bersangkutan, hal ini dikarenakan transformasi menjadi milik semua elemen dan masayarakat sendiri yang menentukan cara dalam melaksanakan transformasi yang dilakukan.

3.Perubahan spiritual dan material

Perubahan dalam bentuk spiritual dan material dalam artian dalam melakukan transformasi sosial meliputi dua dimensi transformasi kesadaran yang berifat spiritual denga melakukan rekontruksi terhadap pemahaman agama yang tak bersifat liberatif dan agama sebagai sarana pemecahan terhadap persolan kemodernan seperti persolan gender, problem humanisasi, kerusakan alam dan yang lain. Beangkat dari perubahan dalam bentuk kesadaran, menjadikan semangat serta arahan dalam transformasi dalam bentuk material. Sebagaimana yang telah dikatan oleh Kunto, kesadaran super struktur menentukan kesadaran struktur. Kesadaran tersebut merupakan kesadaran yang berada dalam ajaran agama Islam.

4. Alur metodologi profetis

Proses transformasi profetis mendasarkan diri pada metodologi profetis. Transformasi profetis tidak dapat dilepaskan dari kesadaran intelektual profetis dan metodologi profetis. Transformasi profetis yang dilakukan oleh ikatan merupakan jalan untuk mencapai tujuan dan cita-cita ikatan guna mewujudkan khoirul umat.



D. AKSI TRANFORMASI PROFETIS

Transformasi profetis yang dimaksudkan transformasi yang dilakukan oleh ikatan berdasarkan nilai-nilai Ilahiah sebagai bentuk yang transformasi yang dilakukan oleh organ atau gerakan yang lain. Bahasa yang digunakan oleh cendekiawan profetik dalam melakukan transformasi sosial adalah menggunakan bahasa kaumnya, dan menghunungkan agama dengan kencendrungannya untuk melakukan perubahan sosial menuju yang lebih baik. Transformasi profetis merupakan tindak lanjut dari sikap intelektual profetik dengan melakukan perubahan sosial yang berkarakter profetis, yang dapat disebut dengan transformasi profetis. Transformasi profetis tidak dapat dilepaskan dengan cendekiawan profetis, layaknya seorang dikatakan intelektual profetis dalam tindakannya atau prilakunya harus dilakukan dengan transformasi profetis. Sebaliknya transformasi profetis tidak dapat dilakukan tanpa melalui pemahaman seorang cendekiwan profetis dalam melihat realitas sosial. Prilaku profetis mereflesikan bentuk pra aksi dan transformasi profetis menggambarkan bentuk real aksi yang dilakukan.
Dalam aksi transfomasi profetis terdapat proses ataupun metodologi yang dilalui , dan berikut ini merupakan rincian dalam trasformasi profetis;

1.Prioritas (pilihan) isu/program/kasus

Setelah mel;akukan pembacaan terhadap realitas dan melkukan analisis kritas maka merumuskan hasil bacaan tersebut. Dengan melakukan pembacaan terhadap realitas belum tetu analisis terhadap realitas selesai, analisis tetap dilakukan dan sekarang merupakan tindakan konkret atau aksinyata dalam melakukan transformasi profetis. Tetapi, sebelum melaksanakan aksi profetis ikatan perlu melakan pilihan isu atau program yang dilakukan dalam melakukan transformasi profetis. Pemilihan isu tersebut, merupakan hal yang penting dikarenakan isu tersebut hars dapat dirasakan oleh semua kader yang bersangkutan di semua level pimpinan dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan transformasi tersebut.

2.Pemililihan pemihakan

Setelah melakukan kajian dan menentukan pilihan isu yang dijadikan suatu persolan sosial maka yang selanjutnya menentukan pilihan pemihakan. Analisis klritis yang dilakukan oleh intektual profetis didapatkan skema pelaku-pelaku (stakeholder) yang terdapat posisi relasi dalam suatu kasus yang terdapat dalam realitas sosial. Pada tahapan ini ikatan menetukan pemilihan pemihakan terhdap kasus tau problem yang terjadi dalam realitas sosial, sebagai pelaku dalam transformasi profetis. Pemilihan pemihakan yang dilakukan oleh ikatan dilakukan secara sadar dan tanggungjawan dengan pemihakan terhadap yang termarginalkan, dirugikan atau tertindas.

3.Membentuk kelompok inti

Sarana untuk memalukan perubahan ssosial menurut Jalaluddin Rahamat adalah membentuk creative minority. Begitupula, dengan ikatan harus ada segolongan atau kelompok yang peduli terhadap ikatan yang meberikan sumbangsihnya dengan bercurah gagasan dan ide dalam melakukan transformasi profetik. Creative minority merupaka kelompok yang memiliki peranan, penggagas, pengerak, pemrakarsa, pengendali utama dalam melakukan transformasi profetis, sekaligus pemenggang kebijakan, tema atau isu strategi dan sasaran dari sutau aksi transformasi profetis yang dilakukan oleh ikatan. Kelompok minoritas tersebut tidak hanya dalam dataran idea melakukan konsep tetapi ia sebagai pemengang dan penngendali konsep dalam tindakan nyata dalam melakukan transformasi profetis yang dilakukan oleh ikatan.

4.Merancang sasaran dan strategi

Merancang sasaran dan strategi dalam melakukan transformasi sangat penting dikarenakan agar sasaran dan stragetgi dalam meakukan transforasi dapat terlihat dan dilakukan analisis dan yang terpenting adalah terpantau. Merncang dan menentukan strategi sudah termasuk dalam dataran teoritis sekaligus praktis, dikarenakan kita merancang praktis dalam melakukan transforamsi profetis. Rancangan tersebut dapat mengikuti tolak ukur SMART, yang meliputi sebagai berikut:

a.Spesifik (khusus)
Dalam menentukan rumusan dan sasaran kelompok bersifat spesifik, konreat, jelas, fokus dan tidak terlalu umum. Sifat ini menjadikan jelas siapa dan kenapa memilih kelompok untuk menjadikan subjek dalam transformasi.

b.Measurable (terukur)
Dalam proses melakukan transformasi dapat dilakukan evaluasi dan memperbaikinya. Jadi hasil dan proses dalam transformasi cukup terukur (memiliki indikataor yang jelas bisa dipantaui dan diketahui)

c.Achievable (dapat diraih)
Apa yang dilakukan merupakan suatu uotopia, tetapi transformasi yang dilakukan oleh ikatan bukan hanya bersifat angan-angan, hal tersebut dilakukan karena memiliki tujuan serta indikator yang jelas. Begitupula, transformasi yang dilakukan merupakan sesuatu yang dapat diraih, diwujudkan dan bukan hanya sekedar angan-angan kosong.

d.Realistik (sesuai kenyataan)
Ikatan dalam melakukan transformasi dalam bentuk yang realistik dengan situasi, keadaan ikatan serta kelompok yang dijadikan subjek dalam transformasi. Ikatan atau kelompok yang dijadikan subjek transformasi mampu melakukan, melaksanakan, dan dapat mencapainya (memiliki sumber daya, kemampuan dan akses).

e.Time-bond (batas waktu)
apa yang dilakukan oleh ikatan seperti dalam transformasi memiliki batas waktu yang jelas (kapan dan berapa lama) kelompok ataupun ikatan yang melakukan transfomasi.

5.Menggalang skutu dan pendukung
Pelaksanaan transfomasi yang dilakukan dengan hasil penganalisaan maka terbagi kelompok yang mendukung dan yang tidak. Oleh karena itu ikatan mencari kelompok yang dijadikan sekutu dan pendukung dalam melakukan transformasi yang akan dilakukan. Dalam transformasi terdapat lingkaran inti ia sebagai penggerak untama dalam aksi transformasi profetis. Aksi transformati profetis terdiri dari kelompok-kelompk yang mendukung dalam transformasi. Kelompok dalam transformasi ini terdiri dari; kelompok basis (lingkaran inti), kelompok pendukung, dan kelompok sekutu (sebagai garis depan).berikut ini merupakan rincian dari masing-masing kelompok;

  • Kelompok inti
    Kelompok ini sebagai konseptor, pemegang kebijakan dalam aksi yang dilakukan oleh ikatan sekaligus sebagai pionir dalam transformasi tersebut.

  • Kelompok pendukung
    Kelompok ini memiliki tugas sebagai menyediakan dukungan dalam bentuk dana, logistik, informasi, data, sekaligus akses.

  • Kelompok sekutu-pelaksana aksi Kelompok ini memiliki tugas dilapangan dan dalam garis depan dalam melakukan transformasi yang dilakukan oleh ikatan
6. Membentuk pendapat umum
Salah satu bentuk yang dilakukan oleh ikatan dalam melakukan transformasi memberitahukan kepada hal layak dalam bentuk kampanye dan propaganda tentau isu atau aksi yang dilakukan. Harapannya adalah mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat, kampanye dan propaganda ini dilakukan dalam media masa, atau pelatihan, demontrasi dan sebagainya semala masih dalam bentuk perlawanan.

7.Pemantauan dan evaluasi program aksi
Pelaksanaan yang dilakukan secara terprogram dan terlihat dapat dilkuan evaluasi sehingga dapat memperbaiki dan melakukan kajian yang lebioh mendalam lagi. Pemantauan aksi tersebut memerlukan instrumen yang meliputi empat unsur.

  • Sasaran hasil


    Sasaran hasil merupakan suatu keadaan tertentu yang diinginkan dicapai setelah pelaksanaan kegiatan.


  • Indikator
    Indikator adalah beberapa petujuk tertentu yang akan meyakinkan apakah sasaran atau hasil sudah tercapai atau belum

  • Pengujian
    Pengajian merupakan cara yang digunakan untuk memmperoleh bukti-bukti yang menunjukan bahwa indikator tersebut mencapai tujuan atau tidak.

  • Asumsi
    Asumsi merupakan suatu keadaan tau hal tertentu yang menjadi prasyarat terlaksananya kegiatan yang direncanakan sehingga indikator benar-benar terwujud dan sasaran dapat dicapai.

0 komentar:

Posting Komentar

EVENT

MUSYAWARAH KERJA
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011


Sabtu & Ahad
4 & 5 Maret 2011
13.00 - 18.00 & 09.00 - Selesai
Ruang 204 Kampus III UAD & Wisma Damar

UP-GRADING
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011


Jum'at
4 Maret 2011
13.00 - 18.00
Ruang 303 Kampus III UAD

PELANTIKAN PIMPINAN KOMISARIT IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011


Sabtu
5 Februari 2011
16.00
Ruang 203 UAD

FROM ADMIN

Bagi teman - teman yang ingin menyumbangkan tulisan ke dalam blog ini dapat mengirimkannya ke immfarmasiuad@ymail.com.
TERIMA KASIH

Blog Archive