Selasa, 28 Desember 2010
Selasa, Desember 28, 2010 |
Diposting oleh
IMM FARMASI UAD |
Edit Entri
Oleh IMMawan Surya Dharma Sufi
(Korkom Bidang Eksternal periode 2009/2010)
Disampaikan dalam Acara Bedah Buku Dalam
Rangka Semarak Musyawarah Komisariat XII IMM Fakultas Farmasi
Tanggal 27 Desember 2010
di Samping Masjid Kampus III UAD Yogyakarta
(Korkom Bidang Eksternal periode 2009/2010)
Disampaikan dalam Acara Bedah Buku Dalam
Rangka Semarak Musyawarah Komisariat XII IMM Fakultas Farmasi
Tanggal 27 Desember 2010
di Samping Masjid Kampus III UAD Yogyakarta
“RAGANYA INDONESIA
TETAPI JIWANYA TIDAK LAGI NUSANTARA
SATU KELOMPOK BERKUASA
SISANYA PENGAYA SAJA
SEBAGIAN KECIL KELOMPOK KAYA
SISANYA MENANGGUNG DERITA
BUBARKAN INDONESIA!
BEBASKAN NUSANTARA!
BENTUK NEGARA KELIMA!”
Negara Kelima, dengan pengarang Es Ito merupakan sebuah novel yang unik dan langka bagi novel lokal. Kenapa? Karena, di dalam novel ini menceritakan sejarah yang tak pernah kita duga sebelumnya. Mungkin, sebagian dari kita sudah pernah mendengar tentang sejarah peradaban manusia yang pertama, yakni: legenda atlantis. Yang peradabannya dikisahkan oleh Plato dalam kitab Timeaus and Critias, yang memuat satu-satunya referensi orsinil tentang pulau Atlantis (the island of Atlantis). Dan apakah kita pernah mendengar bahwa atlantis terletak di Nusantara kuno (yang sekarang adalah Indonesia)? Hal ini lah yang diangkat dalam novel negara kelima. Walaupun hal ini perlu kita telaah dan perlu penelitian lebih lanjut dari para ahli, akan tetapi ini merupakan kebanggan kita tersendiri tentang sejarah bangsa kita. Setidaknya penilitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aryso Santos (seorang Ilmuwan asal Brazil) yang menegaskan bahwa Atlantis terletak di Indonesia, menjadi rujukan bagi Es Ito untuk memaparkan ulang tentang sejarah nusantara kuno.
Selain menceritakan tentang Atlantis yang terletak di Indonesia, Es Ito juga dengan cerdas memaparkan beberapa hal realistis tentang apa yang terjadi dengan bangsa kita. Antara lain: Aparat penegak hukum yang kehilangan jiwa patriotismenya, konspirasi dunia yang mengkerdilkan negara berkembang, semangat anak muda yang tidak terkontrol dalam memimpikan perubahan bangsa, ilmuwan yang beronani dengan harta (sehingga rela menjual temuan dan ilmunya demi uang), bahkan sampai dengan kisah cinta dua insan. Beberapa realita ini diangkat dalam novel negara kelima.
Tokoh Melvin (perwira menengah berpangkat komisaris) dan Riantono (komandan kepolisian yang khusus menangani kasus terorisme) merupakan sosok yang menggambarkan kebusukan jiwa aparat penegak hukum di Indonesia. Tidak berlebihan ketika Es Ito mengangkat persoalan ini, dikarenakan realita memang mengatakan demikian. Aparat penegak hukum di negara ini sudah tidak berpihak kepada yang benar. Mereka hanya berpihak kepada orang-orang yang berduit. Yang ada di otak mereka hanya “Uang”. Bahkan tidak sedikit mereka men-skenario-kan kasus untuk memperoleh uang. Dan ini lah yang digambarkan oleh Es Ito di dalam novelnya, bahwa tokoh Melvin yang memanfaatkan segalanya demi satu hal, yakni “uang”. Walaupun di lain sisi, Es Ito juga mengangkat tentang polisi yang masih berperilaku mulia. Yakni tidak lain dan tidak bukan digambarkan pada tokoh utamanya adalah “Timur Mangkuto” dan tokoh figuran yakni “Rudi”. Tampak sangat jelas bahwa Es Ito ingin mengungkapkan di negara kita ini masih ada orang yang berhati baik, walaupun itu sangat sedikit jumlahnya. Mudah-mudahan tebakan dari Es Ito benar adanya.
“Sejak hegemoni mereka (barat) dari abad pertengahan hingga saat ini, Barat memang tidak pernah rela jika bangsa Timur memiliki serpihan sejarah besar yang mereka tidak mungkin punya. Selama ini mereka persepsi seolah-olah benua yang hilang itu harus identik dengan lautan Atlantik. Kita terbius tetapi kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Beberapa fakta terkuak, Atlantis sangat mungkin tidak berada pada tempat-tempat yang diduga selama ini”. (Penggalan kalimat Novel Negara Kelima). Jika kita merujuk pada penemuan yang dilakukan oleh Prof. Santos dengan beberapa argumennya menunjukkan bahwa letak atlantis adalah di Indonesia (nusantara kuno). Teman-teman dapat membaca hasil temuan-temuan beliau di http://www.atlan.org., serta Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia, dan banyak lagi para ahli yang telah melakukan penelitan tentang benua atlantis. Entah, benar keberadaannya berada di Indonesia atau tidak, bukan ini yang ingin saya bahas pada kesempatan kali ini. Karena memang secara kredibilitas kemampuan saya dalam menafsirkan sejarah dan literaturnya kurang mumpuni. Yang ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini adalah bagaimana hegemoni yang dilakukan oleh Barat terhadap negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Barat yang telah menemukan powernya dalam mencekram dunia, sudah sangat keterlaluan. Bahkan untuk sekedar memaparkan sejarah yang sesungguhnya pun negara berkembang dipaksakan untuk mengamini segala pernyataan yang mereka lontarkan. Seperti kutipan novel di atas, dapat kita lihat dengan jelas apa yang sedang diagenda dunia barat terhadap dunia ini. Mereka (barat) sesungguhnya khawatir jika kita (bangsa yang berkembang) saat ini mengetahui tentang sejarah kita yang sesungguhnya. Ya, tentu saja mereka sangat takut. Tidak hanya semangat untuk bangkit yang dipaksakan terkurung dan dihegomoni oleh barat, dari sektor lain juga kita bisa melihatnya; ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, kesehatan bahkan semua hal dalam kehidupan ini mereka ingin menguasai kita. Apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan hai Barat? Apakah kurang puas kau dengan apa yang telah kalian miliki di negara sendiri? Atau kau ingin kami mati? Tentu saja tidak, kau tidak menginginkan kami mati. Tapi yang kau inginkan adalah “kami (negara terbelakang) menjadi budakmu, selamanya!”. Ingat, kami bukanlah budak mu!
Penulis novel ini, juga menceritakan tentang anak muda – anak muda yang sangat bersemangat dalam memimpikan perubahan. Terlihat dengan dideskripsikannya beberapa tokoh seperti; Dino Tjakra, Ilham Tegas dan beberapa temannya yang lain. Mereka adalah teroris, begitulah novel ini menceritakan. Akan tetapi ketika membaca novel ini sampai dengan selesai, kita akan mengetahui siapa seseungguhnya mereka. Mereka tak lain dan tak bukan adalah pemuda yang luar biasa tangguh. Ya, pemuda yang selalu memimpikan tentang perubahan yang akan terjadi terhadap bangsa, pemuda yang kepedulian sosialnya cukup tinggi, pemuda yang selalu memimpikan tentang tatanan kehidupan yang sebenarnya. Bahkan tidak berlebihan ketika saya mengatakan mereka adalah pemuda yang diidamkan oleh bung karno. Masih ingatkah kita apa yang dikatakan bung Karno kepada kita semua? “Berikan Aku sepuluh orang pemuda, maka Aku akan mengubah Dunia”. Dino Tjakra, Ilham Tegas dan kawan-kawannya merupakan pemuda yang diinginkan oleh Bung Karno. Namun, sayangnya tokoh ini hanya fiktif. “Anak muda adalah kegelisahan, derap langkahnya adalah perubahan”.
Memang di dalam novel negara kelima ini Dino Tjakra dan Ilham Tegas merupakan anggota KePaRad (Kelompok Patriotik Radikal), begitulah sebutan kelompok terorisme di dalam novel ini, akan tetapi mereka sebenarnya dimanfaatkan oleh beberapa orang yang ingin meraup keuntungan (Prof. Sunanto Arifin dan Prof. Aminudin Syah, adalah orang yang memanfaatkan mereka). Hal ini saya gambarkan dengan keadaan pemuda yang ada di Indonesia. Berapa banyak pemuda yang telah dimanfaatkan oleh politikus busuk? Dan bahkan kalau kita mau melihat konteks yang sangat real di depan mata kita, berapa banyak aksi-aksi massa yang dilakukan oleh mahasiswa kemudian di tunggangi oleh beberapa elite politik? Sungguh sangat menggenaskan bangsa ini. Bangsa yang tidak lagi memanfaatkan pemuda-pemuda (yang memiliki semangat untuk memperbaiki tatanan bangsa ini) untuk diposisikan berada pada garda depan, akan tetapi pemuda dijadikan hanya alat untuk mendapatkan keuntungan, baik keuntungan materil maupun keuntungan jabatan. Tidak ada salahnya pemimpin bangsa dewasa ini, belajar lebih banyak tentang arti pemuda yang sesungguhnya dari Bung Karno. Semoga kita (sebagai pemuda) tidak berada dan ber-kong kalikong dengan para politikus busuk. “Anak muda cerdas mana di Indonesia ini yang tidak menginginkan Revolusi. Bangsa ini sudah rusak.” (Penggalan Novel negara kelima).
Indonesia memang kompleks dengan permasalahan, sepertinya itulah yang ingin disampaikan oleh Es Ito di dalam novelnya (disamping ingin memperkenalkan kepada masyarakat tentang sejarah nusantara kuno). Terbukti dengan diangkatnya tokoh ilmuwan yang diperankan di dalam novel ini. Ilmuwan di sini diidentifikasikan layaknya aparat penegak hukum tadi. Tokoh Prof. Budi Sasmito yang digambarkan dalam novel ini adalah seorang yang sangat berintelektual, tapi sayang demi sebuah kekayaan duniawi yakni harta, dia rela memperkosa ilmu-ilmunya untuk mendapatkan sebuah benda keramat (Serat Ilmu) yang akan menghasilkan uang yang sangat banyak jumlahnya. Pada realita yang terjadi saat ini, khususnya di bangsa kita ini, banyak ilmuwan yang sudah beronani dengan ilmunya. Para mahasiswa membuat skripsi dengan membeli skripsi atau memplagiat skripsi milik orang lain, para mahasiswa membuat makalah atau tugas kuliah copy paste dari internet, sangat jarang kita melihat pembuatan makalah yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan hasil karyanya sendiri. Jika, awalnya saja sudah beronani seperti ini bagaimana nantinya? Mudah-mudahan kita tidak termasuk dalam golongan prof. Budi Sasmito nantinya. Semoga!
Beberapa realitas di atas sengaja ditampilkan oleh penulis. Sepertinya penulis sangat cerdas dalam memetakan persoalan-persoalan bangsa yang terjadi saat ini dengan sejarah masa lalu dari Indonesia, yakni Nusantara Kuno. Sepertinya penulis ingin menyampaikan persoalan bahwa, saat ini kita adalah bangsa yang tertinggal dengan moral masyarakat dan pemimpin yang tak karuan lagi. Sepertinya penulis menginginkan kita untuk melihat sejenak siapa Indonesia dahulu. Ingat, kita dahulu adalah nusantara kuno, tempat dimana peradaban pertama manusia ada. Yakni; benua atlantis. Setidaknya beberapa peniliti dari amerika dan Prof. Santos seorang ilmuwan brazil telah memperkuat keyakinan kita. Atlantis adalah sejarah masa lalu nusantara ini. Maka, apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia ini ke depan? Apakah kita bisa mengulangi sebuah peradaban yang dahulu nenek moyang kita berhasil membuat dunia terpukau dengan peradabannya? Atau kita 20 tahun mendatang malah menjadi bangsa yang melupakan segalanya tentang sejarah kita dan kita lebih buruk lagi dari nenek moyang kita? semua itu, hanya kita yang bisa menjawabnya.
“Nusantara ini bukan serpihan bekas kolonial Belanda! Nusantara kita mungkin lebih tua dari negeri-negeri utara. Hegemoni utara yang membuat negeri-negeri selatan menjadi kerdil dan lupa akan sejarah panjangnya sendiri”. SALAM REVOLUSI!!!
Wallahu’alam...
Tokoh Melvin (perwira menengah berpangkat komisaris) dan Riantono (komandan kepolisian yang khusus menangani kasus terorisme) merupakan sosok yang menggambarkan kebusukan jiwa aparat penegak hukum di Indonesia. Tidak berlebihan ketika Es Ito mengangkat persoalan ini, dikarenakan realita memang mengatakan demikian. Aparat penegak hukum di negara ini sudah tidak berpihak kepada yang benar. Mereka hanya berpihak kepada orang-orang yang berduit. Yang ada di otak mereka hanya “Uang”. Bahkan tidak sedikit mereka men-skenario-kan kasus untuk memperoleh uang. Dan ini lah yang digambarkan oleh Es Ito di dalam novelnya, bahwa tokoh Melvin yang memanfaatkan segalanya demi satu hal, yakni “uang”. Walaupun di lain sisi, Es Ito juga mengangkat tentang polisi yang masih berperilaku mulia. Yakni tidak lain dan tidak bukan digambarkan pada tokoh utamanya adalah “Timur Mangkuto” dan tokoh figuran yakni “Rudi”. Tampak sangat jelas bahwa Es Ito ingin mengungkapkan di negara kita ini masih ada orang yang berhati baik, walaupun itu sangat sedikit jumlahnya. Mudah-mudahan tebakan dari Es Ito benar adanya.
“Sejak hegemoni mereka (barat) dari abad pertengahan hingga saat ini, Barat memang tidak pernah rela jika bangsa Timur memiliki serpihan sejarah besar yang mereka tidak mungkin punya. Selama ini mereka persepsi seolah-olah benua yang hilang itu harus identik dengan lautan Atlantik. Kita terbius tetapi kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Beberapa fakta terkuak, Atlantis sangat mungkin tidak berada pada tempat-tempat yang diduga selama ini”. (Penggalan kalimat Novel Negara Kelima). Jika kita merujuk pada penemuan yang dilakukan oleh Prof. Santos dengan beberapa argumennya menunjukkan bahwa letak atlantis adalah di Indonesia (nusantara kuno). Teman-teman dapat membaca hasil temuan-temuan beliau di http://www.atlan.org., serta Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia, dan banyak lagi para ahli yang telah melakukan penelitan tentang benua atlantis. Entah, benar keberadaannya berada di Indonesia atau tidak, bukan ini yang ingin saya bahas pada kesempatan kali ini. Karena memang secara kredibilitas kemampuan saya dalam menafsirkan sejarah dan literaturnya kurang mumpuni. Yang ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini adalah bagaimana hegemoni yang dilakukan oleh Barat terhadap negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Barat yang telah menemukan powernya dalam mencekram dunia, sudah sangat keterlaluan. Bahkan untuk sekedar memaparkan sejarah yang sesungguhnya pun negara berkembang dipaksakan untuk mengamini segala pernyataan yang mereka lontarkan. Seperti kutipan novel di atas, dapat kita lihat dengan jelas apa yang sedang diagenda dunia barat terhadap dunia ini. Mereka (barat) sesungguhnya khawatir jika kita (bangsa yang berkembang) saat ini mengetahui tentang sejarah kita yang sesungguhnya. Ya, tentu saja mereka sangat takut. Tidak hanya semangat untuk bangkit yang dipaksakan terkurung dan dihegomoni oleh barat, dari sektor lain juga kita bisa melihatnya; ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, kesehatan bahkan semua hal dalam kehidupan ini mereka ingin menguasai kita. Apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan hai Barat? Apakah kurang puas kau dengan apa yang telah kalian miliki di negara sendiri? Atau kau ingin kami mati? Tentu saja tidak, kau tidak menginginkan kami mati. Tapi yang kau inginkan adalah “kami (negara terbelakang) menjadi budakmu, selamanya!”. Ingat, kami bukanlah budak mu!
Penulis novel ini, juga menceritakan tentang anak muda – anak muda yang sangat bersemangat dalam memimpikan perubahan. Terlihat dengan dideskripsikannya beberapa tokoh seperti; Dino Tjakra, Ilham Tegas dan beberapa temannya yang lain. Mereka adalah teroris, begitulah novel ini menceritakan. Akan tetapi ketika membaca novel ini sampai dengan selesai, kita akan mengetahui siapa seseungguhnya mereka. Mereka tak lain dan tak bukan adalah pemuda yang luar biasa tangguh. Ya, pemuda yang selalu memimpikan tentang perubahan yang akan terjadi terhadap bangsa, pemuda yang kepedulian sosialnya cukup tinggi, pemuda yang selalu memimpikan tentang tatanan kehidupan yang sebenarnya. Bahkan tidak berlebihan ketika saya mengatakan mereka adalah pemuda yang diidamkan oleh bung karno. Masih ingatkah kita apa yang dikatakan bung Karno kepada kita semua? “Berikan Aku sepuluh orang pemuda, maka Aku akan mengubah Dunia”. Dino Tjakra, Ilham Tegas dan kawan-kawannya merupakan pemuda yang diinginkan oleh Bung Karno. Namun, sayangnya tokoh ini hanya fiktif. “Anak muda adalah kegelisahan, derap langkahnya adalah perubahan”.
Memang di dalam novel negara kelima ini Dino Tjakra dan Ilham Tegas merupakan anggota KePaRad (Kelompok Patriotik Radikal), begitulah sebutan kelompok terorisme di dalam novel ini, akan tetapi mereka sebenarnya dimanfaatkan oleh beberapa orang yang ingin meraup keuntungan (Prof. Sunanto Arifin dan Prof. Aminudin Syah, adalah orang yang memanfaatkan mereka). Hal ini saya gambarkan dengan keadaan pemuda yang ada di Indonesia. Berapa banyak pemuda yang telah dimanfaatkan oleh politikus busuk? Dan bahkan kalau kita mau melihat konteks yang sangat real di depan mata kita, berapa banyak aksi-aksi massa yang dilakukan oleh mahasiswa kemudian di tunggangi oleh beberapa elite politik? Sungguh sangat menggenaskan bangsa ini. Bangsa yang tidak lagi memanfaatkan pemuda-pemuda (yang memiliki semangat untuk memperbaiki tatanan bangsa ini) untuk diposisikan berada pada garda depan, akan tetapi pemuda dijadikan hanya alat untuk mendapatkan keuntungan, baik keuntungan materil maupun keuntungan jabatan. Tidak ada salahnya pemimpin bangsa dewasa ini, belajar lebih banyak tentang arti pemuda yang sesungguhnya dari Bung Karno. Semoga kita (sebagai pemuda) tidak berada dan ber-kong kalikong dengan para politikus busuk. “Anak muda cerdas mana di Indonesia ini yang tidak menginginkan Revolusi. Bangsa ini sudah rusak.” (Penggalan Novel negara kelima).
Indonesia memang kompleks dengan permasalahan, sepertinya itulah yang ingin disampaikan oleh Es Ito di dalam novelnya (disamping ingin memperkenalkan kepada masyarakat tentang sejarah nusantara kuno). Terbukti dengan diangkatnya tokoh ilmuwan yang diperankan di dalam novel ini. Ilmuwan di sini diidentifikasikan layaknya aparat penegak hukum tadi. Tokoh Prof. Budi Sasmito yang digambarkan dalam novel ini adalah seorang yang sangat berintelektual, tapi sayang demi sebuah kekayaan duniawi yakni harta, dia rela memperkosa ilmu-ilmunya untuk mendapatkan sebuah benda keramat (Serat Ilmu) yang akan menghasilkan uang yang sangat banyak jumlahnya. Pada realita yang terjadi saat ini, khususnya di bangsa kita ini, banyak ilmuwan yang sudah beronani dengan ilmunya. Para mahasiswa membuat skripsi dengan membeli skripsi atau memplagiat skripsi milik orang lain, para mahasiswa membuat makalah atau tugas kuliah copy paste dari internet, sangat jarang kita melihat pembuatan makalah yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan hasil karyanya sendiri. Jika, awalnya saja sudah beronani seperti ini bagaimana nantinya? Mudah-mudahan kita tidak termasuk dalam golongan prof. Budi Sasmito nantinya. Semoga!
Beberapa realitas di atas sengaja ditampilkan oleh penulis. Sepertinya penulis sangat cerdas dalam memetakan persoalan-persoalan bangsa yang terjadi saat ini dengan sejarah masa lalu dari Indonesia, yakni Nusantara Kuno. Sepertinya penulis ingin menyampaikan persoalan bahwa, saat ini kita adalah bangsa yang tertinggal dengan moral masyarakat dan pemimpin yang tak karuan lagi. Sepertinya penulis menginginkan kita untuk melihat sejenak siapa Indonesia dahulu. Ingat, kita dahulu adalah nusantara kuno, tempat dimana peradaban pertama manusia ada. Yakni; benua atlantis. Setidaknya beberapa peniliti dari amerika dan Prof. Santos seorang ilmuwan brazil telah memperkuat keyakinan kita. Atlantis adalah sejarah masa lalu nusantara ini. Maka, apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia ini ke depan? Apakah kita bisa mengulangi sebuah peradaban yang dahulu nenek moyang kita berhasil membuat dunia terpukau dengan peradabannya? Atau kita 20 tahun mendatang malah menjadi bangsa yang melupakan segalanya tentang sejarah kita dan kita lebih buruk lagi dari nenek moyang kita? semua itu, hanya kita yang bisa menjawabnya.
“Nusantara ini bukan serpihan bekas kolonial Belanda! Nusantara kita mungkin lebih tua dari negeri-negeri utara. Hegemoni utara yang membuat negeri-negeri selatan menjadi kerdil dan lupa akan sejarah panjangnya sendiri”. SALAM REVOLUSI!!!
Wallahu’alam...
Langganan:
Postingan (Atom)
EVENT
MUSYAWARAH KERJA
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011
Sabtu & Ahad
4 & 5 Maret 2011
13.00 - 18.00 & 09.00 - Selesai
Ruang 204 Kampus III UAD & Wisma Damar
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011
Jum'at
4 Maret 2011
13.00 - 18.00
Ruang 303 Kampus III UAD
PELANTIKAN PIMPINAN KOMISARIT IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH FAKULTAS FARMASI PERIODE 2010/2011
Sabtu
5 Februari 2011
16.00
Ruang 203 UAD
FROM ADMIN
Bagi teman - teman yang ingin menyumbangkan tulisan ke dalam blog ini dapat mengirimkannya ke immfarmasiuad@ymail.com.
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
Blog Archive
RUBRIKASI
- CERITA TENTANG GERAKAN SOSMAS (1)
- DISCUSION REVIEW (2)
- EKOSOB (1)
- FILSAFAT (2)
- IBADAH (1)
- INFO - PERS RELEASE AKSI (2)
- KEFARMASIAN (3)
- KEMUHAMMADIYAHAN (1)
- MANIFESTO INTELEKTUAL PROFETIK (11)
- PUISI (18)
- RESENSI-BEDAH BUKU (1)
- RUANG TAFAKUR (3)
- TEKS IDEOLOGI (13)
- TOKOH DAN SOSOK (2)
- WAWASAN UMUM (1)